Tak ada yg spesial di tempat kelahiranku, kecuali pantai luas yang tak pernah sepi perahu, dan juga sahabat kecilku.
"Akan kuajak kau berjalan jalan sore ini, luangkan waktumu" ujarnya. Umurnya setahun diatasku. Kukenal dia karena kami di lingkungan yang sama, disekolah yg sama dan kelas yg sama pula.
Benar saja sore itu aku sudah mendapatkan sosok tegapnya berdiri di depan rumahku. Kami berjalan menyusuri dermaga. Dia mengrahkanku naik boat kecil. Kuingat terakhir kali naik perahu saat SD karena tak ingin jauh dari ayahku. Dia membawaku cukup jauh, hanya deburan ombak yg terasa selama perjalanan . Dia hening. Pun aku. "Aku akan ke kota 3 hari lagi" ujarnya setelah menarik napas panjang. Aku tercengang. Tak tahu harus berkata apa untuk mengatakan selamat tinggal. Tak banyak teman yg dekat denganku. Mungkin hanya dia. Sedih rasanya ketika kamu harus ditinggal sahabat terbaikmu. "untuk apa?" Ucapku terisak. Entah .Air mataku menetes tak terbendung. "Jangan nangis" ucapnya sambil menyeka air mataku. "aku ingin mencari ayahku di sana, dan menari kerja" ucapnya dengan senyum simpul. "itulah mengapa aku meluangkan waktumu sekarang sekalian mengucapkan selamat tinggal. " "Berapa lama ?" Ujarku terisak " mungkin 4 tahun" ujarnya datar. Aku kembali terisak ."ey jangan nangis, senja sebentar lagi datang, tentu kau tak ingin melihat jingga yang kabur kan?" " Aku ingin melihat senja lebih dekat, bawa aku hingga ke cakrawala" dia menurut, membawa perahu melaju menyusuri cakrawala .sekarang terlihat jelas bagaimana cakrawala sangat dekat dengankuketika senja datang, isakanku semakin keras. 

0 comments:

Powered by Blogger.