Hai bagaimana kabarmu? Sudah hampir semester kita tak bertemu, eh tidak , bukannya terakhir 2 bulan lalu? Saat kau datang ke kompetisi di kotaku. Hari itu beberapa hari setelah hari raya kita, tapi boro2 merayakan bersama, kita saling terdiam di zona masing2. Tak saling sapa. Gengsi menyelimuti kita, ah ataukah mungkin kau terlalu jengkel dan tak memutuskan tak bersua.
Hari itu aku main ke kotamu, H+4 lebaran kurasa. Stasiun kotamu penuh hari itu, banyak yang berlalu lalang. Naik turun kereta. Kuharap bertemu denganmu tak sengaja dia antara mereka, mungkin memanggil namamu atau berpura2 berhadapan di depanmu untuk memastikan kau akan menyapa atau tidak. Setengah jam tak ada kamu. Mungkin memang tak ada takdir pertemuan tak sengaja di antara kita. Lalu aku menaikki tangga penyebrangan masih berharap bertemu denganmu di sana. Ah ternyata anganku ketinggian, aku masih terus melanjutkan perjalanan. Tak ada bau hujan di kotamu, layaknya yg kau elu elukan setahun lalu. Tahun lalu saat dikotamu kau sendiri yang bilang, mainlah, walau tak bersamaku, sayang kau sudah di kota orang, sayang kalau tak tahu apa apa. Katamu dulu.
Singkat cerita aku sudah keliling kotamu, ketika langit sudah memerah dan berganti kelabu . Masih sempat mampir di masjid agung dan berharap lagi kita bertemu, kenapa kau bagaikan candu, yang membuatku ingin selalu bertemu. Sayangnya tak ada keberanian untuk mengatakan padamu . Hi, aku di kotamu. Bisakah kita bertemu. Harusnya kubilang seperti itu .Sampai liburan usai. Tinggal aku yang bersedih, menyesal. Ah, sudahlah. Toh kalau kita jodoh, lambat lain waktu mempertemukan kita dalam ambang batas yang tak terduga. Atau mungkin kita bertemu seseorang yang memudarkan ingatan satu sama lain. Biar saja , waktu yg menjawab. Aku pasrah
Hari ini aku ingin berkata. Aku sudah wisuda. Tak inginkan kau ucapkan selamat padaku sekali saja. Ingin rasanya memposting di FB, satu satunya saat hubungan kita masih bisa terjalin. Tapi kuurungkan. Rasanya kau tak akan peduli . Tapi aku tetap peduli padamu, semoga kau bisa wisuda setahun lagi. Meninggalkan pulau Dewata dan menemukan pekerjaan impianmu. Apapun itu, kuharap kamu bahagia
Hari itu aku main ke kotamu, H+4 lebaran kurasa. Stasiun kotamu penuh hari itu, banyak yang berlalu lalang. Naik turun kereta. Kuharap bertemu denganmu tak sengaja dia antara mereka, mungkin memanggil namamu atau berpura2 berhadapan di depanmu untuk memastikan kau akan menyapa atau tidak. Setengah jam tak ada kamu. Mungkin memang tak ada takdir pertemuan tak sengaja di antara kita. Lalu aku menaikki tangga penyebrangan masih berharap bertemu denganmu di sana. Ah ternyata anganku ketinggian, aku masih terus melanjutkan perjalanan. Tak ada bau hujan di kotamu, layaknya yg kau elu elukan setahun lalu. Tahun lalu saat dikotamu kau sendiri yang bilang, mainlah, walau tak bersamaku, sayang kau sudah di kota orang, sayang kalau tak tahu apa apa. Katamu dulu.
Singkat cerita aku sudah keliling kotamu, ketika langit sudah memerah dan berganti kelabu . Masih sempat mampir di masjid agung dan berharap lagi kita bertemu, kenapa kau bagaikan candu, yang membuatku ingin selalu bertemu. Sayangnya tak ada keberanian untuk mengatakan padamu . Hi, aku di kotamu. Bisakah kita bertemu. Harusnya kubilang seperti itu .Sampai liburan usai. Tinggal aku yang bersedih, menyesal. Ah, sudahlah. Toh kalau kita jodoh, lambat lain waktu mempertemukan kita dalam ambang batas yang tak terduga. Atau mungkin kita bertemu seseorang yang memudarkan ingatan satu sama lain. Biar saja , waktu yg menjawab. Aku pasrah
Hari ini aku ingin berkata. Aku sudah wisuda. Tak inginkan kau ucapkan selamat padaku sekali saja. Ingin rasanya memposting di FB, satu satunya saat hubungan kita masih bisa terjalin. Tapi kuurungkan. Rasanya kau tak akan peduli . Tapi aku tetap peduli padamu, semoga kau bisa wisuda setahun lagi. Meninggalkan pulau Dewata dan menemukan pekerjaan impianmu. Apapun itu, kuharap kamu bahagia